Kembar?? Aduh, jadi nyasar kan?! (Aku, Rana & Rani) 2

No Comments

Kembar?? Aduh, jadi nyasar kan?! (Aku, Rana & Rani) 2



 PART II
 
* **


Kamis Sore, Pukul 15.40
Pulang mengantar Rani, sebetulnya aku ingin langsung pulang ke rumah. Tapi tak ada salahnya aku mampir dulu ke cafe milik temanku sekedar ngopi untuk menyegarkan pikiran.
Sesampainya di cafe ternyata temanku sedang tidak ada sepertinya, langsung saja ku pesan secangkir kopi. Sambil menunggu pesananku datang, iseng ku rogoh hp dari kantong celanaku mumpung ada wifi gratisan di cafe ini 

Ternyata ada notif chat yang belum terbaca sejak siang tadi, dari Rana rupanya.

Isi chat Rana:
13.22 PM
● Mas, kyknya aku ga usah dijemput deh
● Aku mau latihan band dulu bareng temen sekolah
● Gpp ya??
13.27 PM
● Yah ga dibales :'(
● PING!
14.04 PM
● PING!
● PING!
● Mas ga marah kan?

"Kebiasaan hp di silent jadi gini nih, coba kebaca daritadi" bathinku, "tapi untung juga, jadi bisa kenal Rani"

Iseng ku balas chat Rana:
15.44 PM
® Nyantai aja kali, ini malah chatmu baru kebaca hehe
® Maaf ya
® Oiya, aku lg di cafe deket sekolahmu nih
® Kalo udah mau pulang mau aku jemput sekalian ga? 

Ternyata pesanku langsung terbaca oleh Rana, dan rupanya dia pun sudah akan pulang sekitar 20 menit lagi.
Singkat cerita, kami melanjutkan rencana kami yang gagal tadi siang. Rana setuju ku antar pulang, malah minta diantarkan dulu ke tempat rental DVD dekat rumahku. Tanpa pikir panjang aku pun menyanggupinya.
Tak berapa lama pesananku datang, ku nyalakan sebatang rokok sebagai teman menikmati secangkir kopi... 


Pukul 16.05

 
Ku tinggalkan cafe, setelah membayar kopi tadi tentunya, menuju sekolah Rana.


Sepertinya aku datang tepat waktu, Rana terlihat sedang berjalan keluar gerbang sekolahnya. Dia menoleh kearahku, tersenyum sambil melambaikan tangan. Sementara aku menepikan motorku agak jauh dari gerbang, masih trauma dengan kejadian siang tadi yang pasti. Hehehe..
Rana menghampiriku, "On time banget mas" katanya
"Jemput cewek cantik mah wajib on time dong, daripada keduluan orang" jawabku sekenanya


"Halah gombal, bisa aja nyambunginnya" kata Rana sambil mencubit pundakku
"Hehe, yuk naik ntar kesorean" ajakku
"Yuk mas ojek" ucap Rana dengan nada mengejek yang hanya ku respon dengan tawa.


Rana naik ke motorku, berbeda dengan Rani yang membonceng menghadap samping, Rana justru mengangkangi jok motorku dan menghadap ke depan. Otomatis roknya agak sedikit terangkat, tapi sepertinya dia cuek saja. Aku pun berusaha cuek, dan mulai membuka katup gas menyusuri aspal.
Jujur aku sulit berkonsentrasi, jalan yang bergelombang memaksa rok Rana terus naik. Makin jelas paha mulus itu terlihat setiap kali ku lirik, sampai timbul niat isengku. 


Ku coba mengajaknya bicara, sambil sedikit memutar badanku ke kiri, tangan kiriku yang tak lagi memegang setang itu pun ku posisikan agar bisa menyentuh paha mulusnya.


"Eh Ran, abis latihan ga capek apa?" tanyaku basa-basi
"Lumayan capek sih, kakak kelasnya sok ngatur pula" keluh Rana
"Kalo capek, mau dong aku pijitin?" pancingku
"Emang bisa mijit? Yang ada malah tambah sakit lagi badanku" Rana masih belum paham maksudku


"Bisa dong, gini kan?" kataku sambil memijit, atau lebih tepatnya mengelus lutut sampai paha mulusnya
"Ihh apaan, nakal kamu ya" ujar Rana sambil mencubit tangan kiriku
Aku pun tertawa, dan sepertinya Rana pun tidak tersinggung karena ku dengar dia pun ikut tertawa.
Sepanjang jalan kami terus bercanda, tak terasa kami hampir sampai.
Tempat yang kami tuju sedikit lebih jauh dari rumahku, dan saat melintas di depan rumahku tiba-tiba ku dengar ada yang berteriak memanggil namaku, "Mas Rizky.." reflek aku pun menoleh dan menghentikan motorku
Ternyata mas Salim, "Kenapa mas" tanyaku


Mas salim menghampiri kami, bukan menjawab pertanyaanku malah justru matanya terus tertuju pada paha mulus Rana. 


"Woyy, ada apaan? Malah jelalatan tu mata" bentakku mengagetkannya
"Ehh..itu..anu.." mas Salim salah tingkah, "Tadi temen mas Rizky ada yang titip gadis eks... apa gitu saya lupa" lanjut mas Salim
"Gadis? Serius? Mau nitip di rumah gitu maksudnya, kacau dah. Emang siapa yang nitip?" tanyaku penasaran


"Ya saya ga tau juga mas, nih barangnya" jawab mas salim sambil menyodorkan sesuatu
"Yaelah, gaptek dasar!" kataku kesal, " Ini mah harddisk eksternal. Jauh amat nyambungnya ke gadis"
"Nah itu lah pokoknya, ga paham saya juga" jawab mas Salim tanpa dosa "Ya udah saya lanjut kerja lagi deh"
"Iya, makasih mas" ucapku
Mumpung masih dekat rumah, aku berniat menaruh harddisk ini dulu.
"Eh Ran, mampir rumah bentar yuk naruh ini" ajakku sambil mengacungkan harddisk


"Emang mana rumahnya?" tanya Rana
"Itu yang sebelah toko" jawabku
"Oh deket banget, kirain jauh" kata Rana, "Yaudah ayo"
Ku putar balik motorku ke arah rumah, sengaja motor kuparkir di depan gerbang saja toh cuma sebentar. Ku ajak Rana masuk sekedar basa basi, tapi ternyata dia mau.


"Ini satu rumah atau dua mas?" tanya Rana penasaran
"Satu lah, emang kenapa?" tanyaku agak bingung
"Kok itu pintunya ada dua gitu sih?" ternyata Rana lebih bingung
"Oh itu, yang kiri pintu ruang tamu kalo yang kanan pintu langsung ke kamarku" ku coba menjelaskan
"Enak dong, bisa keluar masuk semaunya ga pake di kepoin orang rumah" kata Rana
"Ya gitu lah, lagian aku juga cuma sendiri tinggal disini" jawabku, "Mau masuk? Kali aja pengen liat dalemnya"
"Boleh, pasti kek kapal pecah" Rana coba menebak


Dan kami pun masuk, bukannya mengejek Rana justru memujiku karena kamarku cukup rapih untuk kamar seorang bujangan. Dia juga cukup tertarik dengan barang-barang yang ada di kamarku.
"Sering mojok sendiri di kamar ya mas?" tanya Rana
"Bukan sering, tapi tiap hari" jawabku


"Pantes, semua ada di kamarmu. Ampe ada home theater juga dimasukin kamar" kata Rana
"Kalo lagi suntuk obatnya itu" kataku menjelaskan, "kadang nonton film tapi lebih sering buat main game sih"
"Ohh, koleksi film kamu banyak mas?" tanya Rana
"Lumayan sih, kalo yang DVD ada di rak itu. Nah yang dapet download juga banyak di harddisk nih" kataku menjelaskan


"Nah mending aku pinjem ke kamu aja deh, yang baru ada mas?" tanya Rana
"Kalo yang baru mah dapet download, yang di DVD itu box office yang udah beredar lama" jelasku, "Bentar, milih sendiri aja nih"
Ku nyalakan PC, lalu ku buka folder movies pada harddisk eksternalku. Ku biarkan Rana memilih sendiri, lagipula aku juga belum tau seleranya seperti apa.


Sementara Rana memilih, aku pergi ke dapur untuk membuatkannya minuman. Ternyata Rana menyusulku ke belakang, "Mas, numpang mandi boleh ya? Gerah nih" tanya Rana mengagetkanku "Sambil nunggu copy-an file tuh masih agak lama"


"Eh kamu ngagetin aja, boleh kok silahkah. Oiya aku ambilin handuk yang bersih dulu bentar" aku memperailahkannya sambil menuju lemari ruang tengah


Ku sodorkan handuk itu padanya, "Makasih mas" ucapnya sambil tersenyum manis
Aku tak berfikiran macam-macam awalnya, tapi saat aku hendak membawa minuman ke kamarku justru Rana berteriak dari kamar mandi.
"Jangan ngintip ya mas, awas loh!" ancamnya
Gara-gara ucapannya itu justru membuatku terbayang, tentang mulusnya tubuh Rana yang ada di dalam sana.
"Apa gua intip aja ya" bathinku bergejolak, "Ah enggak lah, buat apa kalo cuma ngintip doang malah jadi masalah nanti"
Ku alihkan perhatianku dengan membuka folder foto di flashdisk Rana, ada banyak foto Rani juga disana, foto berdua. Dan ada foto bertiga, tapi dengan siapa ya? "Mamahnya mungkin, tapi kok kayaknya masih muda banget" gumamku dalam hati
Belum habis rasa penasaranku, Rana sudah berjalan masuk lewat pintu tembusan kamarku dengan ruang tengah. Lalu bertanya, "Tadi gak ngintip kan mas?" 


"Ngapain ngintip, orang rekaman dari kamera yang ku pasang di kamar mandi aja udah siap tonton" jawabku bercanda sambil seolah-olah hendak memutar suatu video di layar monitorku tanpa menoleh kearahnya
Tiba-tiba Rana merebut mouse dari belakang, reflek ku tangkis tangannya.
Rana belum menyerah, dia tarik tanganku hingga badanku ikut tertarik ke belakang. Aku berusaha berdiri, karena posisiku tadi sedang duduk di karpet. Ketika aku sudah berdiri, Rana terpelanting dan hilang keseimbangan. Tangannya meraih kaosku sebagai pegangan, hingga mau tak mau aku pun ikut terjatuh juga. Beruntung kami terjatuh ke arah spring bed yang ternyata tadi digunakan Rana sebagai pijakan, pantas saja jatuh.
Awalnya aku tak sadar dengan posisiku, tapi ternyata aku menindih tubuh Rana tepat sejajar hingga bisa ku rasakan hangat nafasnya di wajahku.
Matanya terpejam, dahinya mengerenyit tanda menahan sesuatu, mungkin berat badanku yang menindihya.


"Ehh sory Ran" aku meminta maaf dan mencoba bangkit
"Jangan!" Rana justru mencegahku dan merapatkan tubuhnya padaku
"Wah kenapa ni anak" bathinku bingung, dan aku pun baru sadar ternyata Rana hanya memakai handuk saja tadi. Tapi sekarang handuk itu terlepas karena terjatuh tadi, dan Rana merapatkan tubuhku ke tubuhnya agar aku tak melihat tubuh polosnya yang tak terbungkus apapun.
Jujur saja, dengan keadaan kami yang sekarang ini membuat libidoku naik. Wajar karena aku lelaki normal, sementara Rana masih memejamkan matanya, wajahnya memerah dan matanya berair, mungkin dia malu bahkan untuk berbicarapun lidahnya terasa kaku.
"Heii, jangan nangis" kataku mencoba menghibur, "Ekspresimu gitu malah jadi lucu tau"
Perlahan Rana membuka matanya, "Serius ihh, aku malu banget ini" katanya
"Malu kenapa? Orang kamu cantik gitu, bikin gemes tau ga" ku coba meyakinkannya
Rana tak menjawab, hanya menatapku sayu. Aku sudah tak tahan, ku kecup lembut hidungnya.


"Kamu seksi banget Ran" tanpa sadar aku mengucap lirih
Rana tersenyum, merasa tak ada penolakan aku pun bertindak lebih jauh.
Ku pagut bibir tipisnya, hampir tak ada respon. Namun saat tanganku mengusap lembut lehernya dengan ujung jariku, Rana merespon dengan menggeliat dan balas menggigit bibir atasku.
Ku gunakan tangan kiriku sebagai penyangga agar ada ruang diantara tubuh kami. Sementara tangan kananku masih mengusap lembut kulit lehernya, perlahan turun ke dada, dan bersamaan dengan remasan tanganku pada payudaranya, semakin kuat pula kuluman Rana pada bibir atasku.
Perlahan ku turunkan intensitas pagutan bibirku, sambil tetap ku remas payudara Rana dan sesekali ku pilin putingnya, sampai akhirnya ku hentikan aktifitas ciuman kami.


Ku lihat raut wajah tegang di wajahnya, "Senyum dong" kataku mencoba membuatnya rileks.
Rana tersenyum meski masih terlihat kaku.
Aku mencoba bangkit untuk melepaskan kaos yang masih menempel di tubuhku, saat sudah terlepas baru ku sadari ternyata bidadari yang terdiam pasrah di hadapanku in sangat seksi.
Kulitnya putih mulus, tubuh langsing, wajah imut, rambut indah, payudara yang pas di genggam, nyaris sempurna.

Ku lanjutkan melepas celana panjangku, dan kini hanya tersisa boxer saja yang menempel ditubuhku. Aku masih ragu apakah Rana siap dengan semua ini, hingga aku tak mau langsung berbugil ria dihadapannya.
Tak lupa ku putar playlist lagu romantis di PC ku, sebagai penghangat suasana juga sebagai kamuflase dari orang-orang disekitar rumahku.
Kembali ku dekap tubuh Rana, kali ini ciuman disertai permainan lidah namun singkat saja. Karena aku sudah tak sabar melahap payudara indahnya.
Perlahan ku dekatkan wajahku ke payudaranya, awalnya hanya kecupan ringan, lalu dengan lidahku ku buat lingkaran spiral dari sisi terluar melingkar terus sampai ke putingnya. Dan saat ku kulum puting mungilnya, Rana pun melenguh "Uhhh.. hmmmpphh.."
Ku lakukan itu bergantian di kedua bukit kembarnya.
Perlahan, ku turunkan kecupanku ke bagian bawah payudaranya, Rana sedikit menggeliat. Lalu turun lagi ke bagian perut, Rana mulai mendesah lirih hampir tak terdengar. Dan saat ku jilat bagian pusarnya, Rana memekik.
"Aww..jangan disitu.. geli tau" katanya dengan nada manja
Bukannya berhenti malah ku ulangi lagi, dan Rana pun berkata dengan nada jengkel "Ahh udah ah, jahat kamu"
"Yakin nih mau udahan?" tanyaku sambil tersenyum padanya
Rana terlihat salah tingkah, "Ya terserah.." jawabnya singkat sambil membuang muka
"Ciee ngambek ciee.." godaku
"Apaan sih, ga jelas" kata Rana dengan nada kesal
Aku tak menjawab, hanya memandangnya sambil tersenyum. Lama kelamaan Rana pun tak tahan, akhirnya kami tertawa bersama.
Itu adalah kuncinya, trik andalan ku yang paling ampuh. Buat pasanganmu nyaman, terutama saat foreplay. Kalo saya biasa ajak bercanda, kalo pasangan nyaman buat berhubungan itu ibarat kita pegang tiket VIP buat dapet full services dari mereka

Ku cumbu lagi Rana, ku kecup lembut hidungnya. Menatap matanya, tersenyum, lalu bersiap memulai fase berikutnya.
Ku turunkan wajahku tepat di depan selakangannya yang sejak tadi masih terkatup rapat. Perlahan ku usap lembut kedua pahanya, sambil ku arahkan agar perlahan mulai terbuka. Mulai terkuak vagina khas remaja yang masih merekah, entah vagina ke berapa yang ku tatap langsung. Tapi kali ini, tak diragukan lagi, salah satu yang terindah yang pernah ku nikmati.
Belahan yang agak memanjang, bulu yang masih sangat tipis, warna rekahan yang merah muda, clitoris yang sedikit tampak menyembul, dan aroma khas yang menggoda.

Namun ku coba untuk tidak terlalu agresif, ku mulai dari kedua paha mulus Rana. Ku kecup bergantian kedua bagian paha dalam rana, perlahan mendekat ke selakangannya. Ku lirik wajah Rana, tampak tegang sambil menggigit ujung kuku jari telunjuknya.

Saat wajahku tepat di depan selakangannya, Rana terdengar menarik nafas panjang. Tapi aku sengaja tak jadi melahap vaginanya, ciumanku melompat naik ke bagian bawah pusarnya. Pinggul Rana menggeliat, mungkin sudah tak sabar atau merasa dipermainkan.

Ciumanku, perlahan turun, dan terus turun. Mulai terasa bulu halus itu menyentuh bibirku, ku julurkan lidahku dan kubasahi setiap bagian yang ditumbuhi bulu itu.
Terus turun, sampai ke ujung atas belahan vaginanya. Saat hampir menyentuh clitorisnya, ku tarik lidahku.
Ku lakukan sapuan dari bawah keatas dengan lidahku untuk merangsang clitorisnya, tubuh Rana mulai menggeliat.
Mulutnya tak henti mendesis, medesah, memekik, dan menjerit kecil. Beruntung ku putar musik agak keras, hingga ku yakin suara Rana takkan sampai terdengar keluar.

Masih terus ku jilat vagina Rana, kali ini ku fokuskan rangsanganku pada lubang itu. Lubang dimana kenikmatan dunia berasal, ku korek lubang itu dengan ujung lidahku. Ku colok dan ku tusuk, hingga terdengar suara berdecak yang sangat merdu.

Tak tahan melihat vagina yang menggemaskan, kali ini ku lahap penuh hampir seluruh bagian vagina Rana. Ku jilat, ku kulum, ku kecup, semua ku kombinasikan untuk mencapai rangsangan maksimal pada vagina Rana.
Kini tanganku mulai menurunkan sndiri boxerku, dan tepat saat boxerku telah lolos sepenuhnya terdengar lenguhan panjang dari Rana
"Ouuhhhh.. masss... sshhhhh... "

Rana mencapai orgasme pertamanya, matanya terpejam, nafasnya tersengal, dan tampak segaris senyum di bibirnya.
Aku merangkak naik diatas tubuh Rana, memposisikan diriku untuk siap memasuki babak inti permainan ini.

Ku tatap mata Rana, ku berikan kecupan-kecupan kecil, di bibir, hidung, dan kelopak matanya. Kemudian berbisik di dekat telinganya, "Kamu yakin Ran?"
Rana tak menjawab, hanya melingkarkan kedua tangannya ke leherku.

Aku pun siap ambil posisi, ku arahkan penisku yang tegang maksimal ke lubang vagina Rana. Rana sedikit membantu, dengan membuat posisi senyaman mungkin untuk menerima penetrasi
Perlahan tapi pasti, berkat rangsangan yang cukup hingga vaginanya yang basah, sangat membantuku untuk melakukan penetrasi.
Ku dorong perlahan, baru sebatas kepala penisku yang masuk, Rana mendekapku erat.
Sedikit ku dorong lagi, makin erat pula dekapan Rana.
"Ssshhhh, peellaannn masshh" keluh Rana

Ku tahan dulu, ku biarkan vagina Rana menyesuaikan diri dengan masuknya penisku.
Ku kecup bibir Rana, ku belai rambutnya, dan saat dia terlihat mulai terbiasa langsung saja "Blleesss..." ku tekan sepenuhnya
"Akkhhhh..." pekik Rana
Penisku kini sudah dilahap sepenuhnya oleh vagina Rana.

Masih ku diamkan, mungkin sekitar 5 menit kami mematung. Sampai akhirnya ku rasakan pinggul rana mulai menggeliat.
Dengan RPM rendah mulai ku kayuh kenikmatan itu, Rana menggeliat bak cacing kepanasan. Sekujur tubuhnya mulai berkeringat, wajahnya memerah, sungguh menggairahkan...

Saat mulai ku beri variasi tusukan, dengan 4 tusukan setengah dan 1 tusukan penuh pekikan merdu Rana selalu terdengar "Akhh.. uhhh.."
Rana menggigit bibir bawahnya, sepertinya dia akan mencapai orgasme kedua. Dan benar saja, "Ookkhh... stopp dulu masshh... stoopp.."

Rana mengunci pinggangku dngan kakinya, akibatnya penisku yang masih tertanam di dalam sana seperti diremas.
Aku tak tahan lagi, setelah kedutan vaginanya berhenti dan nafas Rana mulai teratur mulai ku genjot lagi vaginanya dengan tempo yang makin menaik.

"Uuhhh.. ngiluuu mas.." keluh Rana
"Tahan bentar.. sshhh.. beentar lagi.." jawabku

Tak butuh waktu lama, karena setelah 3 menit pertahananku sudah jebol.
Dan, "Arrrggghhh..." ku cabut penisku lalu ku arahkan ke atas perutnya
Satu, dua, tiga... tujuh kali tembak spermaku itu keluar di atas perut Rana...

Aku langsung ambruk di samping Rana, mata kami sama-sama terpejam, dan nafas kami masih tersengal.
Ku buka mataku, menoleh ke arah Rana yang sedang memainkan spermaku dengan jarinya.

Saat Rana menatap balik ke arahku, terlontar sebuah pertanyaan konyol dari bidadari imutku itu.
"Kok bisa ya?" tanya Rana sambil tersenyum
Aku tak menjawab, yang ada kami malah merasa lucu lalu tertawa bersama.

Setelah beberapa saat,
"Eh udah gelap, kamu gak mau pulang?" tanyaku
"Enggak" jawab Rana cuek
"Serius nih, ngawur kamu" aku mulai panik
"Hehe" Rana tersenyum, mengecup bibirku lalu berkata "Mandi yuk biar seger, abis itu anter aku pulang"


Tak ada yang istimewa setelah itu, kami mandi berdua. Bukan bermesraan kami malah bercanda tanpa aturan, lagipula waktu sudah tidak memungkinkan.
Selesai mandi dan berpakaian, kami masih sempat ngobrol sebentar sambil meminum ice cappuccino yang tadi ku buat. Hanya obrolan ringan saja.

Yang membuatku salut pada Rana, untuk usia semuda dia dan sepertinya belum fasih dalam hal perlendiran tapi sama sekali tak nampak raut penyesalan. Dia tetap ceria, seolah tak khawatir dengan apa akibatnya, bahkan hubungan kami yang belum ada status pun sepertinya tak mengganggu pikirannya.
"Bandel juga anak ini" bathinku


Kamis Petang, Pukul 17.50
Aku mengantar Rana pulang, sepanjang jalan kami hanya bercanda dan bercerita tentang hal yang menyenangkan.
Tak lupa ku ucapkan terimakasih padanya, "Makasih ya Ran, eemm.. buat semuanya aja deh"
"Sama-sama sayang" jawab Rana sambil memelukku dari belakang

Akhirnya sampai juga di depan rumah Rana, tempat yang sama dimana aku mengantarkan Rani tadi siang. "Kok gua malah jadi inget Rani sih?" kataku dalam hati

"Kenapa mas?" tanya Rana mengagetkanku
"Eh, enggak kok gapapa" jawabku sekenanya
"Yaudah, aku masuk dulu ya. Makasih mas" ucap Rana
"Iya sama-sama, besok lagi ya" jawabku penuh makna tersirat

Rana hanya menjulurkan lidah, beranjak masuk ke halaman dan melambaikan tangan dari balik gerbang. Persis seperti Rani tadi siang, "eh kok Rani lagi yang gua pikirin" kacau bathinku

Ku balas lambaian tangan Rana, menyalakan mesin motor, lalu tancap gas pulang kerumah.
Sekilas ku lihat, Rani sedang berdiri di dekat jendela. Apa mungkin dia melihatku? Ah entahlah...

* *

Pukul 18.15, di Rumah Rana & Rani
"Darimana kak, kok baru pulang?" tante Ririn bertanya pada Rana
"Abis latihan band mah, terus ini minta film buat ngilangin suntuk kalo dirumah" jawab Rana mencoba membuat alibi
"Ohh, kalo beneran sih ga masalah" ujar tante Ririn, lalu lanjut bertanya "Tapi kok bisa, cowok yang tadi siang nganterin adek pulang sekarang tinggal nganterin kamu?"
"Lohhh...???" Rana pun terkejut



 * * *
 

Related Posts:

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p